8 Penyebab dan Cara Mengatasi Diare Pada Bayi
Diare menjadi penyebab utama selesai hidup pada bayi dan balita pada rentang usia 1 bulan sampai di bawah lima tahun di Indonesia. Merujuk pada laporan hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) yang dilakukan oleh Kemenkes tahun 2007 , angka selesai hidup akhir diare pada bayi sebesar 31 ,4% dan anak balita 25 ,2%.
Diare dapat menyebabkan selesai hidup karena penyakit ini membuat bawah umur mengalami dehidrasi tingkat berat. Parahnya , kondisi dehidrasi berat kadang tidak diketahui oleh orang tua. Kebanyakan orang bau tanah gres tahu setelah mengetahui kondisi anak sedang dalam keadaan kritis.
Apa yang Menjadi Penyebab Diare?
Infeksi pada bayi sampai keracunan makanan yakni pola penyebab diare pada bayi atau anak balita. Beberapa penyebab anak terkena diare lainnya , antara lain:
Infeksi Virus dan Bakteri
Virus-virus ibarat rotovirus , astrovirus , adenovirus , calicivirus , dan influenza dapat menyebabkan diare. Bahkan virus tersebut juga menimbulkan dampak lain ibarat muntah , sakit perut , demam , dan menggigil.
Bakteri ibarat salmonella , staphylococcus , shigella , campylobacter , atau E. coli juga berkontribusi menyebabkan diare pada bayi. Bila bayi Anda terkena infeksi kuman , maka timbul beberapa gejala ibarat diare yang parah , tinja disertai darah , dan demam. Ada kemungkinan bayi mengalami muntah juga.
Ada jenis kuman yang sangat berisiko terhadap kesehatan bayi , ibarat di dalam daging matang dan beberapa sumber makanan lain terdapat kuman E. coli yang mana bisa menyebabkan gejala serius sehingga mengharuskan bayi Anda dibawa ke rumah sakit atau puskesmas terdekat untuk memperoleh penanganan segera.
Infeksi Pada Telinga
Bakteri ataupun virus bisa menginfeksi telinga. Untuk mengetahui duduk perkara ini , Anda bisa memperhatikan apakah bayi Anda rewel dan terus menarik-narik atau memegang telinganya. Untuk penyebab diare yang satu ini , Anda bisa eksklusif menemui dokter. Jangan dibiarkan terlalu lama , alasannya yakni infeksi pendengaran bisa memengaruhi nafsu makan bayi dan menyebabkan muntah.
Infeksi Parasit
Selain infeksi kuman dan virus , ternyata benalu juga turut serta menyebabkan bayi terkena diare. Satu pola benalu berjulukan mikroskopis yang tinggal di dalam usus menimbulkan giardiasis. Gejala yang ditimbulkan berupa perut kembung dan bergas , tinja tampak berminyak , dan diare.
Antibiotik
Antibiotik biasa diberikan pada anak dikala menjalani proses pemulihan dari suatu penyakit. Tapi perlu Anda ketahui bahwa antibiotik memiliki efek samping membunuh kuman baik yang hidup di dalam pencernaan. Akibatnya terjadilah diare. Temui dokter dan tanyakan solusi alternatif untuk mengatasi diare akhir efek dari antibiotik yang diberikan pada bayi.
Minum Jus Terlalu Banyak
Memberikan bayi minuman manis ataupun jus buah yang mengandung sorbitol dan tinggi fruktosa bisa mengganggu perut bayi sehingga berujung pada diare maupun mencret. Hentikan santunan jus atau minuman manis yang biasa Anda lakukan pada anak dalam seminggu atau lebih , kalau memang Anda yakin bahwa diare yang terjadi disebabkan oleh ini.
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan para orang bau tanah untuk tidak menunjukkan jus buah pada bayi sebelum memasuki usia minimal 6 bulan. Namun apabila sudah melewati 6 bulan , sebaiknya tidak memberi anak lebih dari 4 ons per hari.
Alergi Makanan
Diare bisa juga disebabkan oleh alergi pada makanan tertentu ibarat telur , kacang , kedelai , gandum , ikan , dan kerang. Gejala yang mungkin timbul dapat berupa diare , perut kembung , sakit perut , dan tinja disertai darah. Dalam kasus yang lebih parah , alergi makanan pada bayi bisa juga menyebabkan gatal-gatal , ruam , bisul , dan kesulitan bernapas.
Ibu yang masih dalam masa laktasi , sebaiknya tidak mengonsumsi makanan tersebut alasannya yakni ASI yang dihasilkanlah yang memicu alergi pada bayi. Jika duduk perkara ini ternyata menimpa bayi Anda , segera temui dokter.
Intoleransi Makanan
Berbeda dengan alergi makanan , intoleransi makanan yakni bentuk sensitivitas perut terhadap makanan dengan menghasilkan reaksi asing yang tidak melibatkan sistem kekebalan tubuh. Salah satu pola yakni intoleransi terhadap makanan yang mengandung laktosa atau disebut intoleransi laktosa.
Intoleransi laktosa sangat jarang terjadi pada bayi. Namun kalau nyatanya anak Anda memiliki intoleran laktosa , kemungkinan di dalam tubuhnya tidak terdapat cukup enzim laktase yang diharapkan untuk mencerna laktosa , gula dalam susu sapi dan produk susu lainnya. Apabila laktosa tidak dicerna oleh usus , maka timbul gejala ibarat diare , perut kembung dan bergas , serta kram perut.
Keracunan
Keracunan ini bisa terjadi dikala anak menelan atau menjilat atau mengemut beberapa jenis barang yang bukan makanan ibarat tanaman , materi kimia , dan obat tertentu tanpa sepengetahuan orang bau tanah sehingga menyebabkan diare.
Bila Anda kecolongan , segera datangi rumah sakit terdekat untuk menghindari kemungkinan buruk yang bakal terjadi. Gejala lain dari keracunan yang menimpa bayi misalnya kelelahan , kejang-kejang , dan kesulitan bernapas.
Cara Mengatasi Diare pada Bayi
Penanganan dini terhadap diare bisa mencegah kondisi bertambah buruk , ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi diare pada bayi.
Menjaga Agar Tetap Terhidrasi
Langkah pertama yang harus Anda lakukan yakni memastikan supaya anak Anda terhindar dari dehidrasi. Ini bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut.
- Terus berikan ASI pada bayi di bawah usia tiga tahun supaya kebutuhan cairannya tetap terjaga.
- Apabila sudah tidak mengonsumsi ASI , maka bisa diganti dengan susu bebas laktosa (bukan susu formula) sampai diarenya berhenti.
- Tidak menunjukkan minuman manis ibarat jus apalagi minuman berkarbonasi.
- Hindari bayi berkeringat dengan menjaga ruangan tetap sejuk dan tidak membawa bayi keluar rumah dikala matahari sedang naik.
Berikan Yoghurt
Cara yang cukup aman dan efektif untuk mengurangi frekuensi buang air besar dikala bayi mengalami diare yakni dengan menunjukkan yoghurt. Yoghurt yakni produk fermentasi yang lebih mudah dicernamdaripada susu. Yoghurt bisa meningkatkan sistem imun dan menyembuhkan gangguan pencernaan.
Jumlah laktosa pada yoghurt sangat sedikit sehingga cocok dijadikan obat diare alami bagi bayi , anak balita , maupun orang dewasa. Yoghurt cocok Anda berikan pada bayi yang terkena diare akhir antibiotik dengan cara kerja meminimalisir efek dari antibiotik yang membunuh kuman baik di dalam usus. Pilihlah yoghurt yang mengandung lactobacillus atau kultur kuman hidup.
Konsumsi Oralit
Anda juga bisa menunjukkan cairan oralit pada bayi setiap buang air besar. Bila tidak ada oralit , bisa diganti dengan air matang , kuah sayur , atau air tajin. Berilah oralit secara teratur bersamaan dengan makanan bayi ibarat ASI atau susu formula yang dicampur air.
Langkah Pencegahan Diare
Agar diare tidak lagi membuat anak Anda menderita , maka cara untuk mencegah diare berikut bisa Anda lakukan.
- Cuci tangan anak Anda secara rutin , terutama sehabis bermain dengan benda-benda yang kurang steril. Ajari juga anak mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir , terutama sebelum makan.
- Utamakan santunan ASI pada bayi sampai usia 6 bulan.
- Setelah lewat 6 bulan , perlu pemanis makanan supaya perut bisa beradaptasi. Berilah Makanan Pendamping ASI (MPASI) secara bertahap , pastikan tetap lembut dan jumlahnya tidak terlalu banyak. Penambahan jumlah maupun kelembutan bisa dilakukan bertahap dari ahad ke minggu.
- Biasakan untuk buang air besar di WC.
- Jaga lingkungan rumah tetap bersih , buanglah sampah pada tempatnya.
- Buang air limbah rumah tangga pada kanal pembuangan limbah yang tersedia.
- Jaga anak supaya tidak bermain di daerah atau dengan benda yang kotor.
- Berikan makanan baru. Apabila ada makanan sisa kemarin yang bisa diberikan untuk bayi , maka dihangatkan dulu atau lebih baik diganti saja.
Dikutip dari BabyCenter.com
0 Response to "8 Penyebab dan Cara Mengatasi Diare Pada Bayi"
Post a Comment